"Sya bukanlah penulis sekelas Donal yang tulisanya kritis bukan juga setara Almunawar yang tulisanya membangun dan tidak juga selevel penulis sastra Neno Karlina Paputungan yang puisinya mampu menguncang Ars. Saya hanyalah orang yang turut mengambil bagian dalam kenangan,karna ada ungkapan bahwa "Menulislah maka kau akan dikenang" Cukup disitu.titik.Ok
Donal Qumadiansyah Tungkagi |
Mulanya,
kita memulai karir dari sama-sama menjadi kulit tinta pada media cukup terkenal
di gorontalo mulai dari media radio, online hingga cetak, selama itu pula banya
terobosan yang kita lakukan, dari memberanikn diri live report meskipun
kecapakan bercerita masih terbata2, bagi kami melaporkan sebuah berita radio meski
tidak terstruktur namun rasa senang itu luar biasa krna bisa mendengarkan suara
melalui radio. “Sanang skli Pa (dlm logat gorontalo)” Cetus saya ketika
mendengar suara saya sendiri. Hehehehe…
Lanjut cerita,sya
memutuskan untuk pulang ke kampong tinggalah sahabat donal di
gorontalo..kepulangan saya dari gorontalo diikuti dengan putusnya komunikasi
dengan sahabat ini.seiring berjalanya waktu dia muncul dengan tiba2..dia muncul
sebagai superhero yang menyelamatkan ribuan anak-anak muda sebagai aset masa
depan dari sebuah daerah. Dia muncul bukan sebagai superman dalam tayangan film
yang menyelamatkan ratusan penumpang ketika
jatuhnya pesawat di tanah lapang. Tapi dia
sekedar ada karena keprihatinannya terhadap anak muda yang mulai bersikap “Hedonis”,
dia mulai membangun diskusi2 kecil, mempersentasekan buah karya bukunya hingga
mengisi pelatihan karya tulis ilmiah bagi kalangan anak muda. Bagi donal
Literasi adalah harga mati karena itu adalah pintu gerbang menuju kemerdekaan,
dengan tulisan kita bisa mengubah dunia. Apresiasi setinggi2nya untuk sahabat
Diqiti, sebagai akhir dari sebuah cerita. Saya ingin menutup dengan satu kata sacral saja. “Menikahlah”