Jumat, 19 Juli 2013

Belajar Hidup dari Dudung

Sebuah petikan kalimat yang cukup menginspirasi Yakni “ Kita berjuang untuk hidup, ataukah untuk hidup kita harus berjuang ” pekikan sebuah kalimat yang penuh makna. 

Salah satu pria keseharianya berprofesi sebagai petani membuat mata ini   terbuka lebar, sesaat ketika melihatnya  melintas didepan rumah. Saat itu, ketika hujan begitu deras terlintas seorang petani yang memakai baju kusut, penutup kepala  serta membawa  hasil pertanian dengan bersepeda, tak kenal hujan dan panas ia tetap berjuang demi memenuhi kebutuhan pribadinya.

Dudung namanya, Pria asal Mongkonai Kecamatan Kotamobagu barat, berjuang demi memenuhi kebutuhan pribadinya. Tak kenal hujan, panas, badai Ia tetap harus pergi ke kebun untuk mencari nafkah. Tuntutan hidup memang mendesak Ia untuk tidak mengenal sakit. Terkadang kita lupa orang-orang disekitar kita butuh untuk diperhatikan
Sosok seorang yang tekun, bekerja dengan ribuan benih dan bibit yang berukuran kecil dan luas lahan tentu membutuhkan ketekunan. Belum lagi mengelola lahan, memupuk tanaman, menjaga dari serangan hama dan penyakit serta memanen hasil sesuai umurnya tentu juga bukan pekerjaan asal-asalan.

Ditangannya,   nasib kebutuhan pangan manusia digengamanya profesi sangat keras bukan hanya memenuhi perut diri, namun menjamin kebutuhan pokok umat manusia. dititik inilah Dudung sanggup bertahan demi menjaga misi mulia.

Disi lain sisi dudung yang hanya bertamatan Sekolah Dasar (SD), hidup dengan kedisiplinan yang sangat tinggi, lihat saja sebelum ayam berkokok Ia sudah bangun. begitupun seterusnya,  Ia berfikir untuk tetap bangun pagi lebih utama daripada menghabiskan waktu untuk melepas lelah, Hidup dalam kedisiplinan adalah karakter yang harus melekat padanya. Dudung memang mengajarkan kita tentang makna dibalik perjuangan hidup ini.


Sabtu, 06 Juli 2013

Pemuda Setengah Tiang


Pemuda merupakan sebuah generasi penerus bangsa ini, beberapa ungkapan menjelaskan tentang kepemudaan, ada yang bilang bahwa pemuda adalah agent perubahan, ada juga yang katakan bahwa pemuda adalah generasi perusak, contohnya keterlibatan tawuran, minum-minuman keras dunia gelap yang lebih didominasi oleh pemuda sehingga citra pemuda merosot drastis , Lantas apakah masih ada kesemptan untuk memperbaiki semua itu ?? iya, masih ada. Namun kali ini saya tidak akan membahas persoalan itu,Saya tidak ingin bercerita  panjang baik dan buruknya pemuda itu, yang menjadi keprihatinan saya memanfaatkan momentum Pemilu  Legislatif  atas dasar bukan kemauan murni  mereka, akan tetapi paksaaan dari orang-orang yang ada dibelakangnya, orang tua dan keluarga.

Inilah yang menjadi prihatin, memang banyak sebagian pemuda yang terlibat dalam pencalonan Legislatif Kotamobagu 2014 nanti, namun tidak sedikit yang masuk didalam rana itu atas paksaan dari keluarga terdekat. Ketika ditanya apa tujuannya, ia pun menggelengkan kepala tanda tak tau, apalagi ditanya soal fungsi dari legislatif. memang saya tak pintar soal ini, apalagi soal Tupoksi lembaga tersebut, tapi melihat peristiwa ini saya cukup terharu, sangat dramastis rasanya.

Salah satu tokoh pemuda keturunan cina, yang berjuang dizaman Soekarno yaitu Sho Hok Gie, mengajarkan kita tentang kepemudaan, Ia melawan segala penindasan dengan tulisan-tulisannya, keterlibatan dia diberbagai organisasi, Film “jadi president” yang menceritakan tentang seorang Ofice Boy (OB) yang menjadi Presiden.

Disinilah kita bisa melihat bagaimana peran seorang pemuda bukan hanya sebatas ‘Iko Rame” dalam pesta, akan tetapi tau dan mengerti tentang maksud dan tujuan dari iko rame tersebut. Dan harus menjadi pegangan buat kita, saya, kalian, dan anda pemuda yang saat ini berjuang memperebutkan kursi Legislatif Kota Kotamobagu.  

Memang, sudah saatnya pemuda mengambil bagian dalam pesta legislatif nanti, tapi harus atas kemauan dan niat yang murni serta lahir dari jiwa pemuda itu sendiri, jika tidak, maka siap-siap mengangkat bendera setengah tiang dan menyanyikan lagu hening cipta tanda pemuda telah mati.