Bolaang Mongondow – Sudah lama kata ini tak terdengar lagi, padahal
“Moposad” ini merupakan tradisi Bolaang Mongondow (Bolmong) zaman dahulu yang cukup
dikenal, nuansa kekeluargaaan, persatuan dan solidaritas, juga gotong royong
warga masyarakat Bolaang Mongondow.
Disaaat tiba musim panen padi (Payoy), pemilik padi tersebut mengundang warga
kampong untuk bekerja memanen bersama, orang-orang tersebut yang paling dekat
adalah dimulai dari tetangga, jika tiba saat itu, suasana pun berubah menjadi
terasa bersahabat, kekeluargaan saat bekerja.
Walaupun kondisi cuaca panas, tak terasa sebab diringi dengan canda dan
tawa saat bergotong royong dalam bekerja memanen padi tersebut.
Resiko bagi tuan tanah adalah dengan
siap membuat makanan dan minuman seperti tinutuan untuk dimakan sehabis
bekerja.
Seiring berjalan waktu, tradisi ini kian memudar, karena muncul Zaman
dimana kesadaran tentang Uang merasuki pikiran manusia sehingga munculah
kontrak kerja yang dinamakan dengan “Harian”.
Meski tradisi ini telah hilang ditelan Zaman, namun insyallah kedepan tetap
harus berada didalam diri setiap warga Bolaang Mongondow. Tugas Inaton (kami)
adalah menanamkan kembali jiwa Gotong Royong (Moposad ) itu, pada setiap diri sanubari
warga masyarakat Bolaang Mongondow.
Berbeda dengan contoh lain dimana pada sebuah pesta pernikahan sebelum
memasuki resepsi pernikahan, warga masyarakat datang turut hadir untuk
mempersiapkan pernikahan tersebut dalam hal ini dinamakan dengan “ baku tulung” mulai dari awal persiapan,
diawali dengan “ Ambe Piring” hingga pembubaran pesta “ Los” yang didominasi
para remaja.
postingan bagus kawan...!
BalasHapusSyukur Moanto utat bango..
BalasHapusJangan pake bahasa koran bang.. Saran doang!!..
BalasHapusEYD masih berlaku sampe skrg.. Fokus pada penggunaan kalimat baku..
Terakhir, ingat pesan J.S. BADUDU "berbahasa indonesialah dengan baik dan butul":-P
tox mamonto, hehehe. syukur moanto utat masukanya, masih dalam tahap pembelajaran ini..hehehe
BalasHapus