Selasa, 22 Juli 2014

Idul Fitri dan Tradisi Pumpun

Pumpunisme- Hal yang wajar jika misalnya kegiatan beli membeli barang itu dilakukan, namun berbeda kalau kegiatan tersebut dilakukan pada moment-moment tertentu. Ada keunnikan tersendiri misalnya  ketika menjelang hari kemenangan umat islam idul fitri 
Di Bolaang Mongondow (Bolmong) kegiatan belanja kebutuhan ini disebutkan bahasa trendnya nya “pumpun”, yang artinya mengankat biasanya kata ini disebutkan untuk mengangkat apapun tapi dengan  jumlah yang banyak, salah satu contoh msalnya,“pumpun pa in lambung sin monguyan” artinya angkatlah pakaian itu sebelum hujan turun. Dari dasar itulah warga menyebut pumpun pada kegiatan belanja di hari lebaran itu. “ So ba pumpun ngana ?” tanya Mu Korompot, yang artinya apakah sudah berbelanja baju.
Masyarakat yang henda berbelanja (Ilustrasi)
Tak tanggung-tanggung masyarakat membeli barang-barang dengan jumlah yang banyak lihat saja  masyarakat berbondong-bondong berkunjung ditempat-tempat supermarket membeli keperluan hari raya dipusat-pusat perbelajaan, selain kebutuhan poko (sembako) makan-makanan terutama daging dan minuman, juga masyarakat berlomba-lomba membeli pakaian dan asesoris, barang elektronik, hingga kendaraan bermotor ditambah lagi dengan diskon dimana-mana.  Sebagian masyarakat, seolah ‘merasa wajib’ membeli berbagai barang konsumsi tersebut dengan dalih momen Ramadhan dan Idul Fitri adalah momen yang sangat istimewa.
Bahkan tak sedikit yang akhirnya kehilangan rasionalitas; mengutang sana-sini, menggadaikan barang berharga, meminjam uang di bank, semata-mata demi memenuhi kebutuhan “serba ada, baru dan banyak ”di saat idul fitri.
Tak heran jika bagi kalangan produsen, saat-saat menjelang lebaran adalah masa-masa panen keuntungan, karena volume penjualan barang yang mereka produksi atau yang mereka jual, biasanya meningkat berkali-kali lipat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar