Ada sebuah tayangan film yang menceritakan tentang negeri perbatasan dengan
tetangga (Malaysia ), tepatnya di Indonesia bagian barat yakni Kalimantan
barat.
Diceritakanya, sebuah Kehidupan yang hidup dengan tata krama, Sopan serta Demokratis.
Di kampung tersebut hidup seorang Kakek yang berumur sekitra 70an tahun, kakek
ini mempunyai Dua orang cucu, Pria dan Wanita berumur sekitar 10 tahun, itu
berarti duduk di Sekolah Dasar (SD).
Kakek yang setiap harinya menceritakan cerita perjuangan kemerdekaan kepada cucunya
ini dengan semangat 45. sehingga setiap baru beranjak kesekolah para cucu tadi
meluangkan waktu untuk mecium bendera merah putih tanda hormat. Selain itu di kampung tersebut bendera Merah Putih hanya
ada satu orang, yaitu Kakek itu sendiri. Saya cukup tersentuh menonton Film
yang berdurasi 40 menit itu, ada sebuah Gejolak yang membakar semangat juang.
Anehnya juga, Lagu kebangsaan dinyanyikan bukan lagu wajib akan tetapi lagu
yang nyanyikan adalah lagunya Koes Plus dengan Jdul “Kolam Susu”. heran...
Dalam perdagangan, mata uang yang dipakai menggunakan Mata uang Malaysia
(Ringgit) Sungguh terlalu..
Setelah berlayar selama 40 menit mengarungi lautan film inpirasi itu, terbesit
daerah kelahiran saya yakni Mongondow Bolaang, Jika cerita tadi ditarik ke
Bolaang Mongondow maka ini tentunya persis sama, Budaya adat istiadat bahasa
kian memudar.
Salah satu contoh, saat saya pernah berkunjung ke rumah teman, terdengar
percakapan antara pemuda “ Utat Ko onda
iko?” tanya pemuda A, lantas pemuda B menjawabnya dengan “ Jangan bahasa planet
kuaa,” ini salah satu fakta dari yang ada dilapangan, sebuah persitiwa yang
bukan macam-macam lagi. Kalaupun saya terlalu mengebu-ngebu itu adalah salah
satu bentuk Keprihatinan. Sebagai orang mongondow korot saya menentang dengan orang-orang yang
beranggapan atau sengaja serta gengsi memakai bahasa budaya kita. Pernahkah
kita berfikir bahwa segala sesuatu yang ada dibumi totabuan ini adalah sebuah
warisan leluhur kita,?! Pernahka kita berfikir bahwa bahasa merupakan bahasa
pemersatu?! Cobalah untuk merefres sejenak tentang hadirmu disini.
Jangan sampai persitiwa yang ada di bumi totabuan akan terjadi seperti
diatas, orang2 akan malu menggunakan bahasa, memakai budaya adat kita, jika
nantinya itu terjadi maka siap-siaplah kita akan tumbang dan tak akan pernah
bangkit kembali Mongondow tinggalah kenangan sebuah tayangan Film yang pernah
ada di ilustrasikan kembali melalui televisi Tinggal sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar