Jumat, 19 September 2014

Kemana Arah Pantung Mongondow ?

Kita hidup dinegara yang mempunyai adat istiadat serta tradisi yang kuat,salah satunya di kalimantan ada yang namanya suku dayak, di papua juga dikenal dengan tradisi nya bahkan prosesi penggunaan koteka masih ter tanam pada masyarakat mereka.

Selain di daerah itu ada juga di wilayah indonesia timur tepatnya di Bolaang Mongondow ( Bolmong) , mulai dari prosesi pernikahan, hingga bercocok tanam pun harus melalui prosesi. kebiasan orang Mongondow yang paling kental adalah sastra mongondow yang dikemas dalam music syair atau lebih dikenal dikalangan masyarakat sebagai pantung mongondow.

Pantung Mongondow atau syair ini biasanya digunakan pada kegiatan pesta pernikahan, atau acara-acara meriah. Patung ini dikalangan anak muda dianggap tidak gaul sehingga tidak adanya generasi yang meneruskan tradisi ini. Belum lagi dengan adanya perkembangan zaman yang semakin maju  seakan-akan tradisi peninggalan orang-orang tua kita ini juga ditinggalkan.

Melihat kondis pantun mongondow yang semakin merosot dan tergerus oleh zaman. Salah satu mahasiswa sastra alumi Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Sriyanti Mamonto angkat bicara, pantung mongondow atau pantun juga termsuk  puisi puisi lama atau puisi kekinian hanya dikalangan masyarakat bolaang mongondow  menyebutnya Pantung menggunakan huruf G diakhir kata, hal ini tentu  salah satu kekayaan budaya mongondow yang perlu untuk dilestarikan, satu-satunya cara adalah mengajarkan kepada generasi kita dengan menerapkan pembelajaran di tiap sekolah Sd,Smp dan Sma, dan harus menjadi suatu keharusan diwajibkan untuk melakukan kegiatan pantung di setiap acara pernikahan, pembeatan agar dapat memicu anak-anak,Remaja dan Dewasa untuk rasa tertarik dan ingin tahu” kata Sry wanita berparas mongondow itu.

Sementara itu, Pemerhati  Tradisi Budaya adat  Bolaang Mongondow (Bolmong)  Zainal Abidin Lantong ketika ditemui dikediamanya, mengatakan dirinya cukup prihatin dengan melihat warisan tradisi orang tua kita dulu yang semakin hari semakin punah. “saya cukup prihatin melihat kondisi tradisi kita, banyak generasi muda yang justru Gengsi dan malu dengan Pantung, mereka menggap pantung ini  Kuno dijaman sekarang padahal inikan warisan yang perlu untuk dilesatikan” Ucap Zainal yang juga Pembina Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow (Amabom).
Kewajiban kita sebagai Generasi muda adalah sebagai agent penerus dan melestarikan harta warisan tradisi kesenian bolaang mongondow untuk menatap bolmong yang beradat istiadat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar