Rabu, 10 September 2014

Sumpah Itum-Itum Untuk Para Wakil Rakyat

Rumondi rondi na buing (hitam seperti arang), 
Dumarak na Kolawag (kuning seperti kunyit ), 
Yumuyow na bi simbuton (mencair seperti air garam ) 
Tumonop na bi  Lanag (meresap seperti air dari titiran atap), 
 Kimbuton in tolog (akan ditelah arus disungai ). 

Ucap Zainal Abidin Lantong pembina aliansi masyarakat adat Bolmong (Amabom) .
Kalimat tersebut adalah sumpah yang telah lama dilakukan oleh para tetuah terdahulu yang dinamai sumpah itum-itum dalam artian tidak boleh melanggar.
.    
Jika kita hanya melihat sekilas dari sepenggal kalimat diatas, terkesan seperti sebuah alunan puisi, namun ternyata menyimpan sakralisme di balik sumpah tersebut.
Dulu  tanpa disadari di kalangan masyrakat telah menggunakan sumpah ini, dengan versi yang berbeda namun hakikatnya sama, Khususnya kalangan Anak-anak, selalu terdengar klimat. 

“Kalau ngana nda mo tepati, ngana pe mama atau papa mo mati”. Kalimat tersebut  dilarang oleh para keluarga mereka, ini menandakan bahwa sumpah tersebut memang terbukti dan memang sakral dan bukan untuk dimain-mainkan.

Menurut mantan jurnalis itu, dimana sumpah tersebut dinamai dengan Itum-itum makaramat dan Odi-odi makaramat. Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah dengan berorientasi pada kepentingan rakyat dan kesejahteraan rakyat  dan jika tidak menepatinya maka akan  sangat Fatal dan Bahaya.

Bagaimana dengan wakil rakyat kita, khusunya Bolaang Mongondow yang baru saja melaksanakan pelantikan Anggota DPRD Kota/Kabupaten pada Rabu, (10/09), tentu kita sebagai masyarakat berharap adanya pemerintah yang benar-benar mendengar aspirasi rakyat BMR.

“Dia harus mengangkat derajat rakyat kalau tidak, bisa dimakan sumpah”. Tutup  Zainal Abidin Lnatong  dengan penuh harap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar