Selasa, 09 September 2014

Tradisi Upacara Mopoballu

Masyarakat Bolaang Mongondow (Bolmong) sejak jaman dahulu, termasuk tatanan masyarakat yang khas, unik dan memiliki instrumen tradisi yang patut diapresiasi sebagai aset berharga bagi masa depan Bolmong. Salah satunya tradisi “Mopoballu”. Menurut penuturan orang tua terdahulu, tradisi adat mopobalu ini dilaksanakan ketika ada peristiwa kematian oleh para raja, kaum bangsawan ataupun kerabatnya. Namun mopobalu ini selalu ditandai dengan bunyian Lantaka (meriam dari bambu, ) sebagai tanda adanya suatu peristiwa.
Sekretariat Amabom yang bertempat di Motoboi Kecil
Jumlah bunyinya pun memiliki arti yang berbeda beda. Misalnya, ketika raja meninggal dunia, maka bunyian dentuman Lantaka berbunyi empat kali berarti yang meninggal adalah laki-laki. Dan jika berbunyi hanya tiga kali, itu artinya yang meninggal adalah perempuan. Ketika mendengar suara lantaka tersebut maka dengan sendirinya para Bobato (Kepala desa, red) akan berkumpul di Komalig (istana raja) dalam rangka memepersiapkan acara pemakaman.
  

Menurut Pembina Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow (Amabom) dalam pargelaran Tradisi  Budaya yang pernah digelar dalam kanca nasional, menyebutkan beberapa prosesi yang harus dilakukan yang pertama Mogopang, ketika  seorang raja yang meninggal maka pihak  keluarga yang berkabung berkunjung ke Rumah Isti sembari membawa beberapa benda diantaranya Kain Putih berukuran 2,5 Meter, Pindan In Muna atau Piring Antik dan  Opat Kolima In Pangkoinya atau beberapa Jumlah Uang, serta  payung berwarna hitam sebagai penutup benda-benda tersebut.   

Setelah semua sudah dipersiapkan, maka lanjut pada prosesi ke dua Ukud Mopobalu, dimana sang janda yang sementara berduka duduk didepan jenazah sang raja dengan kondisi menanggis lalu diberikan Opat Kolima In Pangkoinya di tanganya  dan Pindan In Muna diletakan didepanya sebagai penampung Air Mata sembari meletakan Kain Putih dibahu Kananya, kemudian dilaksanakan acara  Prosesi Ke tiga Moponggalow Kon Jendela atau melihat keluar jendela diteruskan dengan acara Ingguan atau pemandian jenazah yang dirangkaikan dengan Monao Kon Posilag (Bercermin) dan kemudian sang istri duduk kembali didekat jenazah menunggu untuk dikebumikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar