Dikisahkan, mula terbentuknya asal desa bongkudai berasal dari kata “Bongkuk” yang artinya memukul atau “dai” menggema, Konon pada saat itu sekitar tahun 1901, lokasi ini merupakan salah satu benteng perlawan oleh masa penjajahan, ini terbukti dengan adanya sejarah dimana tempat itu merupakan tempat untuk memukul gendang sebagi isyarat bahwa tentara belanda akan segera datang. “ dulunya bongkudai ini merupakan tempat pemantau kalau misalnya pasukan belanda datang , dipukulah gendang itu sebagai pertanda kedatangan belanda” Kata kepala desa Bongkudai Abdul Haris Damopolii di ruang kerjanya.
Pada masa itu, desa Bongkuk dirubah menjadi bongkudai karena penggabungan kata “Bongkuk” dan “dai” yang artinya yakni pemukul gendang yang menggema dimana-mana. Seiring berjalan waktu kelompok-kelompok yang bermukim dilokasi itu semakin bertambah dan dirubahlan sttus yang awalnya pedukuan menjadi desa sebagai daerah yang definitif dibawah kepempinan Sangadi(Kepala desa) Atoli Mamonto sejak tahun 1911.
Adapun kepempinan pejabat desa bongkudai diantaranya Atoli Mamonto sejak tahun 1911 hingga 1921, dilanjutkan lagi dengan Napi Mamonto tahun 1922-1927, Koja Mamonto 1827-1932, Gb.Mokoagow 1932-1942, H.P.Mamonto 1942-1952, A.Mamonto 1952-1962, Enak Mamonto 1962-1972, Lii Mamonto 1972-1975, Adel Mokoagow 1976-1980, Muslim K. Mamonto 1980-1992, djahril.a. Damopolii 1992-2002, Drs Arief Mamonto 2003-2004, Lahana Mamonto 2004-2005, drs. Marsaoleh Mamonto 2005-2008, Mukhtar Mamonto 2008-2011, Abdul Haris Damopolii 2011 hingga sekarang.
Desa Bongkudai memiliki luas wilayah kurang lebih 5700 Hektare (Ha) yang terbagi dari perkebuan dan pertanian warga, selain itu desa bongkudai juga terbagi menjadi enam wilayah dusun dan memiliki mata pencaharian sebagai petani dan tukang kebun.
Seiring dengan tingkat perkembangan penduduk yang semakin padat, desa bongkudai kini dimekarkan menjadi dua desa otonom desa bongkudai dan desa bongkudai barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar