Rabu, 07 Januari 2015

Di Bolmong, Foto “Selfie” Sudah Ada Sejak Dulu

Mungkin banyak yang tidak tau bahwa foto selfie atau memfoto diri sendiri yang menunjukan kepribadian  dan keberadaan mereka pada lokasi tertentu ternyata siapa sangka bahwa  di Bolaang Mongondow (Bolmong) sudah ada sejak beratus-ratus tahun  lalu. Hal ini terlihat dari sebuah foto kegiatan upacara adat Monondeaga  pada tahun 1917. Foto tersebut adalah salah satu Koleksi Walter Alexander Kaudem, Goteborg Museum.
Nampak dalam foto tersebut Seorang wanita atau khusunya remaja sudah melakukannya. Namun tentu dengan gaya yang tentunya berbeda tanpa embel-embel seperti yang beredar di Sosial Media (Sosmed). Dalam foto tersebut, seorang wanita menggenakan baju kemeja  putih dan celana kain yang dililit di pinggang serta  dilengkapi dengan gelang tangan tampak berpose dihadapan camera.
Menurut salah satu penggiat fotografi, Jun Manolang mengatakan proses foto hitam putih  terjadi pada sekitar tahun 1827an, camera yang dipakai  pada waktu itu masih menggunakan alat perekam gambar  yang diberi nama Absurd,  bahkan menurut  dia, pada sesi pemotretan tersebut harus resmi dan  formal.” Kalau dulu memfoto itu harus resmi pakaian, makeup dan sebagainya musti fix karena memang dulu itu masih  jarang menggunakan foto hanya orang-orang tertentu yang bisa memfoto,”  ujar Jun.

Sementara itu,   Tradisi upacara Monondeaga ini sendiri adalah salah satu kegiatan upacara dalam rangka menghormati seorang  wanita yang hendak memasuki  usia dewasa. Ada empat prosesi yag harus dilakukan ketika  saat berlangsunnya upacara tersebut diantaranya adalah Monayuk, Monobok, Molead dan Monondeaga. Menurut  Pembina Aliansi Masyrakat  Adat Bolaang Mongondow (Amabom) Zainal Abidin Lantong  menuturkan,  saat seorang anak wanita yang hendak memasuki usia dewasa pertama-tama dilakukan dengan acara Monayuk atau Tayukan (Dimandikan) semua perlengkapan baik itu bunga harum wewangian di ramu secara adat setelah itu disiram dan  dimandikan kepada sang wanita, disela-sela acara prosesi  pemandian diiringi dengan musik, lagu dan tari  khas mongondow. Setelah prosesi monayuk selesai masuk pada kegiatan ke dua Monobok atau pemakaian perhiasan emas kepada sang wanita, salah satunya anting hal dilakukan agar sang wanita tersebut terlihat cantik, namun sebelumnya prosesi pemakaian anting ini harus disediakan “Tobok” sebuah piring antik   untuk menapung bila ada darah yang menetes. Selesai monombok dilanjutkan dengan acara “Molead” meratakan gigi dengan menggunakan batu hitam. Pada kegiatan terakhir yaitu prosesi “Monondeaga” dimana sang wanita didandani lalu diangkat dan diarak ke tempat Pintuon, Selama masa menanti di pintuon itu , ia belajar menyulam dan menenun kain sambil menunggu kedatangan seorang pemuda yang meminangnya. “Dulu memang suku mongondow  ini termasuk masyarakat yang  sangat menghormati martabat  kaum perempuan ini terbukti dengan adanya  upacara tersebut” Tutur tete miti sapaan akrabnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar